Mengenal Lebih Dalam Arsitektur Bangunan Masjid Agung Banten
Banten dalam masa perkembangan awalnya adalah kota yang berfungsi sebagai pusat kerajaan yang bercorak maritim. Sehingga tidak mengherankan jika Banten menitik beratkan kehidupannya pada perdagangan, sedangkan kekuatan militernya lebih berfokus pada kekuatan angkatan laut. Keberadaan Banten Lama sebagai pusat kesultanan dan kota Bandar yang dilengkapai dengan berbagai sarana, diberitakan dengan jelas oleh Belanda ketika mengirimkan ekspedisi pertamanya menuju Banten di bawah pimpinan Cornelis de Houtman. Digambarkan dengan jelas tentang keberadaan Banten Lama oleh Houtman, bahwa kota ini dilengkapi dengan keraton, masjid, alun-alun, pasar, pelabuhan, jalan, perkampungan penduduk dari berbagai daerah. Pada masa itu terdapat kelompok masyarakat yang berasal dari Melayu, Benggala, Gujarat, Abesenia, Cina, Arab, Pegu, Turki, Persia, Belanda, dan Portugis. Adapun para pedagang dari Nusantara yang menetap di Banten Lama antara lain berasal dari Maluku, Makassar, Banda, Sumbawa, dan Gresik.
Masjid Agung Banten |
Selama ini, bangunan yang dikenal oleh masyarakat daerah Banten adalah menara Masjid Agung Banten. Masjid ini menjadi salah satu bangunan bersejarah perkembangan Islam di Provinsi Banten. Di bangun pada masa Sultan Maulana Hasanuddin, masjid ini masuk dalam kategori bangunan cagar budaya yang dilindungi. Inilah Masjid Agung Banten atau biasa disebut dengan Masjid Banten oleh masyarakat. Sekitar Masjid yang terletak di Kecamatan Kasemen, daerah Banten Lama atau tepatnya 10 km arah utara dari Kota Serang ini dibangun antara tahun 1552-1570 saat Sultan Maulana Hasanuddin memerintah. Bangunan masjid ini memadukan unsur Jawa Kuno dan Tiongkok. Terlihat dari serambi yang lapang dan atap yang bertingkat. Uniknya atap di masjid ini memiliki 5 tingkatan dengan bentuk yang menyerupai tumpeng.
Konon terdapat dua versi yang menceritakan siapa arsitektur pembangunan masjid ini. Versi pertama menyebutkan, Masjid Agung Banten dibangun oleh arsitek keturunan Tiongkok yang bernama Tjek ban Tjut. Sedangkan versi lainnya menyebutkan, masjid ini diarsiteki oleh Raden Sepat yang berasal dari Demak.
Meskipun arsitektur bangunan Masjid Agung Banten menunjukkan adanya pengaruh Eropa, namun ciri umum masjid tradisional Jawa tetap dipertahankan. Ciri umum masjid tradisional tersebut antara lain adalah beratap tumpang, terdapat serambi, adanya pawestren, terdapat kolam untuk bersuci, terdapat parit keliling. Meskipun arsitek pembangunan masjid ini seorang Eropa, tetapi tidak menutup kemungkinan unsur-unsur gaya bangunan lokal daerah setempat juga dimasukkan didalamnya.
Serambi utama masjid di hiasi dengan tiang-tiang penyangga yang secara keseluruhan berjumlah 24 buah. Sedangkan serambi di sisi kiri masjid terdapat kompleks makam sultan dan keluarga kerajaan. Makam Pahlawan Sultan Ageng Tirtayasa juga terdapat di dalam kawasan makam tersebut. Bagian dalam masjid ini berbentuk bujur sangkar dengan tiang-tiang yang disebut saka guru sebagai penyangga. Tiang-tiang ini disangga dengan umpak yang terbuat dari batu andesit dan berbentuk motif buah labu. Tidak ketinggalan mimbar yang terbuat dari kayu bertangga marmer berada di paling depan. Mimbar ini dahulu berfungsi sebagai tempat berdirinya khotib saat menyiarkan agama islam. Sedangkan di sisi depan dan samping dibatasi dengan pintu yang berjumlah 5 buah. Jumlah ini mengikuti rukun islam sebagai sumber acuan.
Masjid Banten memiliki menara yang terletak di sisi timur masjid. Dibatasi dengan kolam, menara ini memiliki ketinggian 24 meter dan berdiameter 10 meter. Dibangun oleh orang Belanda bernama Hendrik Lucaszoon Cardeel pada tahun 1629 atas perintah Sultan Haji, menara ini memiliki beberapa fungsi, antara lain, tempat bilal mengumandangkan adzan. Selain itu, pada masa peperangan menara ini digunakan sebagai tempat penyimpanan senjata dan menara pengawas. Karena dari sini terlihat laut yang hanya berjarak 1,5 km dari masjid. Sisi selatan masjid terdapat bangunan yang bernama Tiyamah. Bangunan ini digunakan sebagai tempat musyarawah juga berdiskusi tentang keagamaan khususnya agama islam.
Masjid Agung Banten merupakan bangunan kebanggan masyarakat Banten khususnya Kota Serang. Tiap harinya masjid ini selalu dikunjungi peziarah yang ingin berdoa dan ziarah ke makam-makam Raja Banten dan Keluarga. Masjid ini telah menjadi simbol wisata ziarah Banten khususnya di Kota Serang.
Tulisan ini berusaha menggugah semangat untuk mengenal lebih jauh sejarah Masjid Agung Banten, yang nantinya dapat menambah kekayaan budaya Banten dan tidak kalah dengan budaya lain.
writer : Maya Nur Annisa (1101160045)
Komentar
Posting Komentar